Meskipun istilah-istilah ini terkadang digunakan secara bergantian, istilah-istilah tersebut mewakili fenomena ekonomi yang berbeda secara mendasar. Booming menandakan periode pertumbuhan pesat dan meningkatnya minat terhadap suatu industri, yang didorong oleh kemajuan nyata dan permintaan pasar. Revolusi industri dan seluler merupakan contoh dari ledakan transformatif.
Sebaliknya, bubble ditandai dengan harga aset yang terpisah dari nilai dasarnya, didorong oleh ekspektasi yang tidak realistis dan kegembiraan yang tidak rasional. Pertumbuhan yang tidak berkelanjutan ini pasti akan berujung pada koreksi yang menyakitkan, ketika aset-aset yang dinilai terlalu tinggi mengalami penurunan tajam, sehingga menyebabkan dampak ekonomi yang luas. Gelembung harga aset di Jepang pada tahun 1980an dan jatuhnya pasar perumahan Amerika pada tahun 2000an merupakan contoh nyata dari hal ini.
Industri AI saat ini berada di tengah-tengah booming yang didorong oleh kemajuan pesat dalam pembelajaran mesin, jaringan saraf, dan daya komputasi. Inovasi-inovasi inovatif ini berpotensi merevolusi industri dan menciptakan pasar baru.
Namun, ledakan AI tidak kebal terhadap risiko dinamika gelembung. Gelembung dotcom pada akhir tahun 1990-an, misalnya, sebagian dipicu oleh hiruk pikuk media yang membesar-besarkan potensi perusahaan internet, sehingga menyebabkan lonjakan investasi spekulatif. Demikian pula, ledakan AI saat ini disertai dengan liputan media yang luas dan ketertarikan masyarakat terhadap potensi AI, yang dapat berkontribusi pada peningkatan ekspektasi dan penilaian.
Selain sentimen publik, investasi bisa berisiko jika dilakukan tanpa uji tuntas yang memadai atau tidak memperhatikan kelayakan jangka panjang. Kebijakan moneter yang akomodatif dan standar pinjaman yang longgar memicu gelembung harga aset di Jepang, sementara standar pinjaman yang longgar dan menjamurnya subprime mortgage berkontribusi terhadap gelembung pasar perumahan AS.
Ketika saham AI melonjak, investor harus memprioritaskan pertumbuhan berkelanjutan. Sejarah cenderung terulang kembali. Pada tahun 1890-an, terjadilah mania sepeda di Inggris. Banyaknya perusahaan sepeda publik yang gulung tikar ketika gelembung tersebut pecah adalah pengingat akan bahaya hype yang tidak terkendali. Untuk menghindari nasib serupa, industri AI dan masyarakat investor harus mendasarkan antusiasme mereka pada penilaian yang realistis.
Rob Yau, Kota Kennedy
Penipuan bitcoin besar-besaran merupakan peringatan akan regulasi
Wen dikatakan bertindak atas nama seorang wanita bernama Qian Zhimin, yang diduga menjadi dalang skema kekayaan palsu yang menjerat hampir 130.000 investor Tiongkok antara tahun 2014 dan 2017. Uang tunai dari investor tersebut diubah menjadi bitcoin.
Kasus ini tidak hanya mengungkap risiko penggunaan bitcoin dalam kegiatan kriminal, namun juga mencerminkan kurangnya undang-undang saat ini dalam menangani kejahatan terkait mata uang virtual.
Anonimitas transaksi mata uang virtual membantu unsur kriminal mencuci uang dan menghindari penegakan hukum. Undang-undang yang ada saat ini jelas tidak mampu mengimbanginya. Pertukaran mata uang kripto dapat menjadi alat pencucian uang tanpa pengawasan yang efektif.
Diperlukan undang-undang khusus yang mewajibkan platform perdagangan mata uang virtual dan bisnis terkait untuk menerapkan prosedur anti pencucian uang dan pendanaan kontraterorisme yang ketat, termasuk uji tuntas pelanggan dan pelaporan transaksi mencurigakan. Mengklarifikasi status hukum transaksi mata uang virtual juga penting.
Kerjasama internasional dan pertukaran informasi sangatlah penting. Sifat global dari mata uang virtual memerlukan peningkatan kerja sama antar yurisdiksi yang berbeda, termasuk upaya penegakan hukum bersama dan pembagian intelijen, untuk mencegah aktivitas pencucian uang lintas batas.
Terakhir, mendidik masyarakat dan meningkatkan kesadaran sangatlah penting. Masyarakat umum, terutama generasi muda, kurang memahami mata uang virtual sehingga rentan terhadap penipuan.
Kasus Qian Zhimin telah membunyikan bel alarm. Tanpa regulasi yang efektif, mata uang virtual dapat dengan mudah menjadi alat bagi penjahat untuk melakukan aktivitas ilegal.
David Chan, Yau Ma Tei