Hal ini juga berlaku untuk data yang terkait dengan pembukaan rekening bank, pemesanan penerbangan dan hotel, serta layanan pengujian.
Selain itu, bisnis tidak perlu melakukan peninjauan terhadap informasi pribadi karyawan yang dikirim ke luar negeri sebagai bagian dari kontrak bersama atau peraturan ketenagakerjaan.
Namun data tetap harus melalui penilaian keamanan jika berkaitan dengan infrastruktur informasi penting, atau jika dalam satu tahun transfer berjumlah informasi pribadi non-sensitif lebih dari satu juta orang, atau melibatkan “informasi sensitif” lebih dari satu juta orang. dari 10.000 orang.
Administrasi Ruang Siber Tiongkok mengatakan aliran data lintas batas adalah landasan bagi pertukaran global dan pembagian modal, informasi, teknologi, bakat, barang, dan sumber daya lainnya..
“Untuk mendorong aliran data yang sah, teratur, dan bebas, meningkatkan nilai elemen data, (kita harus) memperluas keterbukaan tingkat tinggi terhadap dunia luar, dan mengoptimalkan serta menyesuaikan sistem ekspor data,” tegasnya. kantor berita Xinhua mengutip pernyataan pemerintah.
“Peraturan mengenai penilaian keamanan untuk ekspor data, kontrak standar untuk ekspor informasi pribadi, dan sertifikasi untuk perlindungan informasi pribadi akan ditetapkan.”
“Penyesuaian telah dilakukan untuk mengoptimalkan sistem untuk data keluar.”
Peraturan tersebut memicu kekhawatiran luas di kalangan bisnis asing mengenai biaya dan sifat kepatuhan.
Rancangan pengecualian, Peraturan tentang Mempromosikan dan Mengatur Aliran Data Lintas Batas, diusulkan tahun lalu sebelum diumumkan pada hari Jumat.
Tiongkok akan memberlakukan peraturan transfer data lintas batas baru yang ketat mulai bulan September
Tiongkok akan memberlakukan peraturan transfer data lintas batas baru yang ketat mulai bulan September
Pelonggaran aturan data ini terjadi ketika Beijing berupaya sekuat tenaga untuk menghidupkan kembali investasi asing langsung dan meningkatkan perekonomiannya setelah satu tahun pemulihan pascapandemi yang lamban.
Investasi asing langsung di Tiongkok turun 13,7 persen pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai US$163,3 miliar.
Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang menyoroti kekhawatiran ini dalam laporan kerja perdana pemerintahannya yang disampaikan pada sesi legislatif tahunan awal bulan ini.
Berjanji untuk lebih membuka diri terhadap bisnis asing, Li merujuk pada hambatan terhadap investasi tersebut, termasuk hambatan yang berkaitan dengan “aliran data lintas batas”.
Selain aturan ketat dalam berbagi data di luar negeri, ambiguitas dalam undang-undang anti-spionase dan undang-undang perlindungan rahasia negara yang baru diubah di Beijing, keduanya dikeluarkan tahun lalu, telah sangat mengkhawatirkan komunitas bisnis asing.