Menurut survei yang dilakukan Kamar Dagang Tiongkok ke UE, perusahaan-perusahaan Tiongkok sangat prihatin atas persyaratan uji tuntas undang-undang tersebut, karena kepatuhan diperkirakan akan menimbulkan biaya yang tinggi.
Undang-undang baru UE yang melarang kerja paksa akan terkait dengan undang-undang rantai pasokannya mengingat Xinjiang adalah produsen utama pakaian jadi yang diekspor secara global. Wilayah ini juga merupakan produsen utama panel surya di Tiongkok.
Namun, ketika ketegangan di kedua belah pihak tampaknya berada di ambang potensi perang dagang, para pemimpin Tiongkok dan UE tampaknya melakukan upaya untuk membawa kedua belah pihak keluar dari jurang proteksionis.
Hasil seperti ini mengancam akan memicu gelombang proteksionisme yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Washington yang akan berdampak buruk pada perdagangan bagi Tiongkok dan UE.
Sebagai pertanda apa yang mungkin terjadi, Trump pada awal bulan ini mengancam akan mengenakan tarif 100 persen pada mobil impor, termasuk kendaraan listrik, dan bersumpah bahwa “Anda tidak akan bisa menjual mobil-mobil itu jika saya terpilih”.
Mengingat potensi lingkungan perdagangan yang lebih kompleks, Tiongkok dan UE mungkin berupaya untuk lebih bekerja sama dalam kebijakan investasi langsung.
Mengapa Tiongkok bisa tenang jika Trump terpilih kembali sebagai presiden AS
Mengapa Tiongkok bisa tenang jika Trump terpilih kembali sebagai presiden AS
Sebagai alternatif, sektor manufaktur mobil dan kimia Jerman telah banyak berinvestasi di pasar Tiongkok. Perusahaan-perusahaan Perancis juga menerapkan pendekatan serupa, meski lebih fokus pada barang konsumsi mewah.
Menurut Kementerian Perdagangan Tiongkok, investasi langsung Eropa meningkat sebesar 92 persen pada tahun 2022, meskipun aliran dananya menurun selama tahun-tahun pandemi. Terlebih lagi, investasi langsung Jerman mencapai rekor US$13 miliar pada tahun lalu.
Dari perspektif ini, banyak barang yang saat ini diproduksi di UE mungkin tidak muncul dalam data perdagangan UE di masa depan, karena barang-barang tersebut akan semakin banyak diproduksi dan dikonsumsi di Tiongkok.
Dalam konteks ini, pertemuan para pemimpin yang akan datang di Beijing dan Paris harus menjadi penegasan niat mereka untuk mendukung investasi langsung di Tiongkok, sehingga meningkatkan akses perusahaan-perusahaan Eropa ke pasar Tiongkok yang sedang berkembang, sekaligus melakukan lindung nilai terhadap peningkatan risiko proteksionisme perdagangan.
Bob Savic adalah peneliti senior di Global Policy Institute di London, Inggris, dan profesor tamu di Fakultas Hubungan Internasional Universitas Nottingham