Sebagai bagian dari praktik populer yang dipengaruhi oleh kepercayaan Buddha, beberapa orang Tiongkok melepaskan hewan tangkapan ke alam liar dalam upaya untuk membawa keberuntungan.
Ini adalah tindakan umum yang sulit untuk dipantau. Namun masyarakat sering kali mempublikasikan rilis ini secara online, sehingga peneliti mengambil pendekatan baru dengan mengumpulkan data melalui media sosial, menggunakannya untuk mengidentifikasi lokasi dan frekuensi rilis tersebut.
Dalam penelitian mereka, Liu dan timnya berfokus pada dua vertebrata yang sangat umum – katak Amerika dan kura-kura bertelinga merah.
Spesies ini dipilih karena keberadaannya yang tersebar luas melalui perdagangan hewan peliharaan atau budidaya perairan dan ciri-ciri fisiknya yang khas, sehingga mudah diidentifikasi.
Temuan tim Liu ini menyoroti kegunaan metode ini dalam membantu deteksi dini spesies invasif.
Metode baru dalam mengumpulkan informasi menambahkan perangkat lain ke dalam kotak peralatan para ahli ekologi.
“Melalui kemitraan dengan lembaga pemerintah, analisis media sosial dapat memfasilitasi peringatan dini dan pengelolaan ilmiah terhadap pelepasan spesies,” kata Liu.
“Selain itu, menggabungkan taksonomi dan kecerdasan buatan ke dalam platform media sosial akan meningkatkan akurasi identifikasi spesies yang dilepasliarkan.”
Tim Liu juga berharap bahwa identifikasi spesies invasif lebih awal akan memberikan lebih banyak kesempatan bagi pendidikan publik, mengingat sebagian besar orang yang terlibat dalam pelepasan ini tidak memahami potensi kerusakan ekologis dari tindakan mereka.
“Publisitas dan pendidikan dini dapat secara signifikan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya spesies invasif dan mendorong kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan terkait,” kata Liu.