Selain penurunan perdagangan dengan AS, pemulihan ekonomi Tiongkok pascapandemi lebih lambat dari yang diperkirakan. Namun, terlepas dari hambatan-hambatan ini, Beijing memiliki sumber daya untuk merangsang pertumbuhan.
Tiongkok seharusnya tidak hanya mendorong investasi asing dan domestik. Pemerintah juga harus fokus pada komponen penting lainnya dalam pertumbuhan produk domestik bruto, dengan meningkatkan investasi dan belanja pemerintah, menstimulasi konsumsi, dan memperluas ekspor.
Tantangan perekonomian Tiongkok saat ini lebih bersifat lokal. Mengingat banyak konsumen Tiongkok sudah memiliki peralatan rumah tangga, telepon seluler, dan mobil, Beijing perlu mendorong mereka untuk beralih ke peralatan hemat energi, kendaraan listrik, dan ponsel pintar yang diproduksi oleh perusahaan Tiongkok.
Untuk mencapai hal ini, pemerintah harus berinvestasi lebih banyak pada subsidi. Hal ini akan merangsang konsumsi dan mendorong produsen Tiongkok untuk meningkatkan produksi, meningkatkan perekonomian dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja.
Saatnya telah tiba untuk program subsidi yang besar. Rumah tangga Tiongkok mengumpulkan simpanan bank sebesar US$2,6 triliun pada tahun 2022 dan terdapat peningkatan dalam indeks kepercayaan konsumen tahun ini. Semua tanda tersebut menunjukkan bahwa rencana stimulus besar-besaran dapat mendorong konsumen Tiongkok untuk meningkatkan pengeluaran mereka.
Kedua, Tiongkok mempunyai posisi yang baik untuk memperluas ekspornya ke negara-negara di luar Amerika. Terlepas dari dinamika rantai pasokan global yang terus berkembang, Tiongkok tetap menjadi pabrik dunia. Akan lebih bijaksana jika Beijing menerbitkan obligasi guna memperkuat sektor manufaktur dan teknologi dalam negeri guna mempertahankan daya saing global.
Meskipun banyak orang yang skeptis terhadap masa depan perekonomian Tiongkok, ketahanan masyarakat Tiongkok tidak boleh dianggap remeh.
Christopher Tang adalah profesor terkemuka di UCLA Anderson School of Management