Kini kurma Israel, buah manis yang dimakan untuk berbuka puasa selama bulan Ramadhan, menjadi sasaran kampanye konsumen yang tersebar di grup chat Malaysia dan Indonesia karena kekhawatiran kurma Israel dijual kepada pembeli tanpa disadari di negara-negara Muslim.
Seorang menteri Malaysia pada hari Kamis memperingatkan “tindakan tegas” akan diambil terhadap orang-orang yang “menyesatkan konsumen” setelah seorang pria ditahan dalam penggerebekan di sebuah gudang di Pelabuhan Klang, Selangor.
“Dalam penggerebekan tersebut, petugas menyita 73 bungkus kurma jumbo medjool yang diyakini berasal dari Israel,” Armizan Mohd Ali, menteri yang bertanggung jawab atas perdagangan dalam negeri dan biaya hidup mengatakan kepada parlemen pada hari Kamis, menanggapi pertanyaan.
“Kami memandang serius masalah ini dan akan menindak tegas pihak-pihak yang menyesatkan konsumen,” ujarnya.
Pejabat bea cukai pada hari Rabu mengatakan kurma tersebut diimpor dalam jumlah besar bersama dengan bahan makanan lainnya dari negara-negara Eropa pada tahun 2022, menurut laporan berita lokal.
Kurma-kurma tersebut dinyatakan sebagai “bahan makanan” dan kemudian dikemas ulang untuk dijual di pasar lokal, kata wakil direktur jenderal bea cukai Datuk Sazali Mohamad.
Malaysia telah lama mempertahankan sanksi perdagangan yang ketat terhadap Israel. Setiap impor atau ekspor antara kedua negara hanya dapat dilakukan dengan izin khusus dari Kementerian Investasi, Perdagangan, dan Perindustrian.
Dalam minggu-minggu menjelang Ramadhan, media sosial Malaysia dibanjiri dengan postingan yang mendesak umat Islam untuk berhati-hati jika tidak sengaja membeli kurma dari Israel, dengan mencantumkan 32 merek yang diduga membanjiri pasar lokal.
“Hati-hati semuanya! Perhatikan semua yang kita beli dalam kehidupan sehari-hari, lanjutkan boikot terhadap produk-produk dari perusahaan yang memperkaya Israel,” baca postingan Facebook oleh salah satu Hairul Nizam, yang membagikan video yang mengklaim bahwa Israel meningkatkan jumlah kurma untuk ekspor di tanah Palestina.
“Starbucks, McD, dan semua merek yang menggemukkan, kami tetap melakukan boikot. Gantikan mereka dengan merek atau perusahaan lokal yang mendukung perjuangan Palestina.”
Banyak dari postingan tersebut memuat daftar panjang merek-merek yang diduga mengambil buah yang agak manis dari Israel, dan beberapa bahkan menuduh bisnis lokal Tiongkok mengabaikan kepekaan Muslim dengan menjual kurma Israel yang dikemas ulang di pasar lokal.
Fatwa tentang buah-buahan
Di negara tetangga, Indonesia, yang merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, boikot juga terjadi seiring dengan seruan dari otoritas agama.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Nadhatul Ulama, organisasi massa Muslim terbesar di Indonesia, mengeluarkan perintah terpisah yang melarang konsumsi kurma yang diimpor dari Israel atau kurma yang ditanam di Tepi Barat.
“Kami ingin mengingatkan masyarakat Indonesia, Muslim atau lainnya, untuk berpihak pada kemanusiaan dan menahan diri untuk tidak membeli kurma Israel selama Ramadhan,” kata Sudarnoto, Ketua MUI Bidang Hubungan Internasional pada hari Rabu, seraya menambahkan dengan tegas boikot produk oleh “perusahaan yang berafiliasi dengan Israel” harus dilanjutkan.
Secara terpisah, Ketua Nadhatul Ulama Ahmd Fahrur Rozi mengatakan organisasinya yang mewakili 40 juta umat Islam Indonesia mendukung fatwa MUI yang menetapkan kurma Israel “haram” atau dilarang.
“Ini adalah cara paling damai bagi kami untuk menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina,” ujarnya.
Media Indonesia telah merilis sejumlah nama merek untuk kurma Israel.
Seorang penjual kurma grosir yang berbasis di selatan Surabaya, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan ada kemungkinan beberapa kurma non-label yang dijual dalam jumlah besar berasal dari Israel.
“Tetapi kami tidak dapat memastikannya karena kurma tersebut berasal dari importir yang tidak memiliki label apa pun,” jelasnya, seraya menambahkan bahwa kurma yang tidak berlabel biasanya lebih murah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2023 impor kurma Indonesia sebesar US$80,5 juta, hampir 30 persennya berasal dari Mesir. Tidak ada data spesifik mengenai kurma yang diimpor dari Israel.
Hasan Johnny Widjaya, Ketua Importir Buah dan Sayur Indonesia mengaku anggotanya tidak memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan Israel. “Tidak ada urusan sama sekali dengan Israel, jadi tidak ada kurma impor dari mereka!”
Meski mendapat jaminan tersebut, ibu rumah tangga Surabaya Amirah Purborekso, 35, mengaku masih khawatir jika tanpa sadar membeli kurma Israel.
“Logikanya, penjual kurma setelah mengetahui fatwa tersebut, kemungkinan besar akan menyembunyikan asal usul kurmanya jika berasal dari Israel.”
Dia mengatakan dia telah mengambil bagian dalam boikot terhadap produk-produk yang berafiliasi dengan Israel selama berbulan-bulan dan bertekad untuk terus melanjutkannya.
“Jadi untuk kurma, saya beli saja yang dikemas dalam kotak dengan label yang jelas dan informasi dari mana asalnya.”