Keselamatan jiwa dan harta benda adalah hal yang terpenting bagi pihak berwenang setelah terjadi bencana besar atau kecelakaan. Meskipun hal ini penting, hal ini tidak mengurangi hak masyarakat atas informasi yang akurat. Organisasi media dan jurnalisnya mempunyai peran penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat serta melaporkan laporan resmi. Oleh karena itu, pihak berwenang yang menangani keadaan darurat perlu menjaga keseimbangan antara keselamatan publik dan hak masyarakat untuk mengetahui.
Ada pertanyaan apakah tindakan mereka benar setelah ledakan yang menghancurkan gedung empat lantai di provinsi Hebei, dekat Beijing, menewaskan tujuh orang dan melukai 27 orang. Video daring yang memperlihatkan pihak berwenang setempat mengusir wartawan media pemerintah Tiongkok dari tempat kejadian telah memicu kontroversi mengenai pembatasan pers.
Peristiwa tersebut menjadi trending topik di media sosial. Pihak berwenang setempat yang meminta maaf mengatakan kantor tanggap darurat telah memerintahkan evakuasi cepat untuk mencegah kecelakaan susulan dan staf lokal mengikuti perintah tersebut. Mereka memiliki “keterampilan komunikasi yang buruk” dan mengambil tindakan “kasar” yang “memicu kesalahpahaman”.
Media pemerintah Tiongkok diblokir dari lokasi ledakan, meningkatkan perdebatan tentang kebebasan pers
Media pemerintah Tiongkok diblokir dari lokasi ledakan, meningkatkan perdebatan tentang kebebasan pers
Asosiasi Jurnalis Seluruh Tiongkok telah meminta pihak berwenang untuk mempermudah jurnalis melakukan wawancara di tempat ketika melaporkan keadaan darurat. Dikatakan bahwa mereka tidak boleh dihalangi “demi mengendalikan opini publik”. Pernyataan tersebut tidak biasa, datang dari badan semi-resmi. Hal ini harus disambut baik. Dalam keadaan darurat, banyak pejabat provinsi yang bermaksud baik masih mengikuti praktik yang sudah ketinggalan zaman dan buruk yang bertujuan untuk mencegah penyebaran informasi yang salah. Namun hak sah jurnalis harus dilindungi.
Badan legislatif Tiongkok akan mengubah undang-undang tanggap daruratnya. Kontroversi yang terjadi saat ini memusatkan perhatian pada usulan ketentuan bahwa “tidak ada lembaga atau individu yang boleh memalsukan atau menyebarkan informasi palsu tentang keadaan darurat dengan sengaja”. Diharapkan undang-undang ini tidak menimbulkan pembatasan baru dan memberikan ruang bagi liputan pers yang bertanggung jawab dan akurat mengenai bencana dan kecelakaan.
Memang benar, kami percaya pihak berwenang Tiongkok daratan akan mengakui hak-hak sah semua jurnalis yang meliput berita di daratan, termasuk mereka yang berasal dari Hong Kong, selama mereka melakukan pengumpulan berita dengan benar dan profesional.