Pembiayaan dan rantai pasokan Tiongkok mengubah infrastruktur, energi terbarukan, pemrosesan mineral, dan lanskap kendaraan listrik di Asia Tenggara. Namun Filipina tertinggal. Apakah upaya Manila untuk mengurangi peran Tiongkok dalam perekonomiannya harus dibayar dengan kekalahan dibandingkan negara-negara lain di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara?
Namun bahkan dengan adanya akomodasi ini, persaingan dari negara tetangga mengikis posisi Manila di pasar Tiongkok yang menguntungkan. Vietnam dan Kamboja telah meningkatkan ekspor pisang mereka, begitu pula Thailand dan Malaysia dalam hal buah-buahan lain seperti nanas. Logistik menguntungkan mereka, sementara geopolitik merugikan produk Filipina.
Tiongkok membutuhkan bahan mentah penting untuk produksinya. Namun, perusahaan-perusahaan Tiongkok mungkin tidak tertarik untuk berinvestasi dalam pengolahan mineral Filipina, mengingat iklim politik yang sedang terjadi. Secara keseluruhan, komoditas masih rentan terhadap guncangan eksternal akibat lemahnya permintaan dan fluktuasi harga.
Hal ini sangat kontras dengan negara tetangga Filipina yang mempunyai rencana dan keberanian untuk melaksanakannya. Persaingan seperti ini harus membentuk pandangan yang lebih berbeda mengenai ketegangan maritim.
VinFast dari Vietnam telah menjalin kemitraan strategis dengan pembuat baterai Tiongkok CATL dan Gotion untuk meningkatkan kendaraan listriknya sendiri. Tahun lalu, diumumkan bahwa produsen mobil Tiongkok Geely akan menginvestasikan $10 miliar pada Proton untuk memproduksi kendaraan listrik di Malaysia.
Perilaku Tiongkok yang meresahkan di Laut Cina Selatan tidak mendapat persetujuan. Namun begitu pula dengan sikap gung-ho Filipina. Kehalusan tidak sama dengan persetujuan. Kebisingan tidak serta merta menghasilkan hasil yang produktif.
Kegaduhan yang tidak terkendali bahkan dapat meningkatkan risiko kecelakaan dan menghambat investasi yang sangat dibutuhkan. Peran ekonomi transformatif Beijing di kawasan ini harus meredam pandangan tajam terhadap Tiongkok, dan membentuk pendekatan yang lebih halus dalam menangani perselisihan yang membandel.
Lucio Blanco Pitlo III adalah peneliti di Asia-Pacific Pathways to Progress Foundation