Pesan utama dalam anggaran ini adalah rasa krisis, tekad dan pembangunan momentum. Tiongkok menyadari bahwa mereka tidak dapat lagi mengandalkan kemampuan membeli dari pemasok terbaik dalam rantai pasokan teknologi global, namun mereka harus menentukan nasibnya sendiri.
Inovasi Tiongkok yang terjangkau didukung oleh kapitalisme negara, harga tanah yang relatif rendah di Tiongkok, dan banyaknya tenaga kerja berupah rendah. Hal ini meniru keberhasilan industri Jepang pascaperang, yang menjadikannya pemimpin global di bidang elektronik, mainan, dan mobil, sebelum terhenti karena resesi yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Fokus Tiongkok pada keterjangkauan bukanlah suatu kebetulan. Hal ini diatur secara hati-hati dan kemudian secara bertahap dibarengi dengan peningkatan industri, dengan penekanan kebijakan pada inovasi kualitas. Ketika para insinyur dan ilmuwan Tiongkok meningkatkan kurva pembelajaran inovasi, mereka mulai menghasilkan barang dan jasa yang bernilai tambah tinggi dan bernilai teknologi tinggi, mulai dari drone dan kendaraan listrik (EV) hingga pesawat ruang angkasa.
Salah satu faktor keberhasilan Tiongkok adalah sektor ilmu pengetahuan dan teknologi dalam negeri yang sangat kompetitif, yang memastikan hanya yang terbaik yang akan menang dan dapat terus mencari pasar global.
Rendahnya toleransi terhadap risiko dalam budaya Tiongkok adalah risiko lainnya. Di Amerika Serikat, terdapat keinginan yang lebih besar, terutama di kalangan perusahaan teknologi besar, terhadap peluang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi yang mungkin tidak menjamin keuntungan dalam waktu dekat, sehingga menyeimbangkan “eksplorasi” (pencarian kemungkinan-kemungkinan baru dengan pandangan jangka panjang). ) dengan “eksploitasi” (pengoptimalan kemungkinan-kemungkinan yang ada dengan pandangan jangka pendek).
Risiko lainnya adalah pelaksanaan pendanaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh Tiongkok. Anggaran yang besar memang menjanjikan, namun cara pendistribusiannya bisa menjadi masalah jika dana tersebut hanya atau sebagian besar disalurkan ke segelintir individu atau lembaga elit.
Yang terakhir, pendidikan tinggi di Tiongkok telah lama lebih mengutamakan teknik praktis dibandingkan sains “dasar” atau murni. Hal ini memerlukan tampilan yang segar.
Bagaimana dampaknya terhadap seluruh dunia? Bagi negara-negara Selatan dan sebagian besar negara-negara lain termasuk G7, hal ini akan menciptakan pasar inovasi yang lebih demokratis dimana konsumen, investor dan pemerintah mempunyai pilihan yang jauh lebih besar mengenai apa yang harus dibeli di pasar ilmu pengetahuan dan teknologi global.
Sulit untuk memprediksi hasil persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi antara AS dan Tiongkok. Namun akan ada pemenang yang jelas dalam jangka pendek dan menengah. Uang yang dikeluarkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak pernah sia-sia.
Dr Yanto Chandra adalah profesor madya di City University of Hong Kong