Seorang remaja Amerika dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap kuda hamil di kandang milik pasangan Thailand di Phuket, menyebabkan salah satu hewan tersebut keguguran.
Chatroj Lek-arwut dan istrinya Prapada mengajukan pengaduan ke polisi terhadap turis berusia 19 tahun tersebut, dengan tuduhan bahwa dia melakukan tindakan kebinatangan pada berbagai kesempatan.
Prapada mengatakan pria tersebut sering mengunjungi kandang di distrik Thalang, tempat dia menyentuh dan berinteraksi dengan kuda-kuda tersebut. Dia melihat lendir terbentuk di sekitar alat kelamin kuda ketika dia membawanya untuk digembalakan.
Pasangan itu mengatakan rekaman CCTV menunjukkan remaja tersebut memasukkan tangan dan lengannya ke dalam vulva kuda beberapa kali selama kunjungannya.
Perbuatan tidak senonoh tersebut dilaporkan menyebabkan keguguran pada seekor kuda yang sedang hamil sembilan bulan, sedangkan kuda kedua yang tidak hamil mengalami iritasi.
Kuda betina ketiga diberi antibiotik setelah tertular infeksi, yang berpotensi membahayakan nyawa anak kudanya yang belum lahir.
Polisi pada hari Senin bertemu dengan ayah tersangka di rumah mereka, yang “terkejut” ketika diperlihatkan video dari kamera keamanan. Ia menambahkan, ia tidak menyangka putranya akan melakukan hal seperti ini.
Remaja tersebut diperintahkan untuk menghadap polisi untuk diinterogasi pada hari Sabtu, lapor Bangkok Post.
Jika terbukti bersalah melakukan kekejaman terhadap hewan, ia dapat menghadapi hukuman penjara hingga dua tahun dan/atau denda hingga 40.000 baht (US$1.122).
Juru bicara Departemen Kesehatan Mental mengatakan perilaku orang Amerika tersebut merupakan bentuk zoofilia (ketertarikan seksual pada hewan) dan ia memerlukan perawatan psikiatris.
Insiden tersebut juga memicu keributan di media sosial Thailand, beberapa orang menyebut tersangka sebagai “psikopat berbahaya” dan menuntut agar dia diusir dari negara tersebut.
“Saya kasihan pada kudanya, dia pasti kesakitan,” kata seorang pengguna Facebook.
Pada tahun 2018, badan amal hewan Watchdog Thailand menemukan sebuah klub bestialitas di Chiang Mai, di mana sebuah kelompok diduga menggunakan aplikasi obrolan Line untuk mengundang anggotanya menonton video orang lain yang melakukan pelecehan seksual terhadap anjing.
Sebulan sekali, para anggota mempunyai pilihan untuk membayar ekstra untuk bertemu dan menganiaya anjing-anjing liar yang dikumpulkan dan dirawat dengan kedok “menyelamatkan” mereka.