(1) Di dunia yang semakin saling terhubung, apa yang terjadi jika pengasuhan anak dilakukan secara online? Fenomena “berbagi” (gabungan dari “berbagi” dan “mengasuh anak”) bukanlah hal baru, namun popularitasnya yang semakin meningkat di tengah maraknya platform media sosial semakin meningkatkan kekhawatiran akan privasi.
(2) Sebuah survei baru-baru ini yang dilakukan oleh YMCA Tiongkok di Hong Kong menemukan bahwa lebih dari 80 persen orang tua di kota telah berbagi rincian kehidupan anak-anak mereka di media sosial, dan hampir 30 persen tidak pernah meminta izin sebelum melakukannya. Meskipun lebih dari 70 persen anak-anak yang disurvei berharap orang tua mereka berhenti berbagi dan hampir 30 persen mengatakan mereka benci kehidupan mereka ditampilkan secara online, namun fenomena ini tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
(3) Berbagi pencapaian dan pencapaian anak Anda secara online mungkin tampak menyenangkan dan tidak berbahaya. Namun, seiring bertambahnya usia, ada baiknya mempertimbangkan bagaimana sharenting dapat membentuk identitas digital mereka dan mengganggu privasi mereka. Orang tua mungkin secara tidak sengaja membahayakan kepentingan dan keselamatan anak-anak mereka dengan membocorkan data pribadi atau informasi identitas mereka secara online. Tidak mengherankan, pada tahun 2018 sebuah bank global memperkirakan bahwa sharenting dapat menyebabkan 7,4 juta kasus penipuan identitas di seluruh dunia setiap tahunnya pada tahun 2030.
(4) Selain itu, foto atau video yang diposting di platform media sosial dapat dan memang berakhir di situs yang membagikan konten pedofil atau pornografi. Pada tahun 2015, regulator di Australia telah memperingatkan bahwa hingga setengah dari materi yang dibagikan di situs-situs tersebut dapat ditelusuri kembali ke foto-foto tidak bersalah yang awalnya diposting di media sosial atau blog keluarga.
(5) Meskipun ada kegembiraan saat berbagi kehidupan anak-anak Anda secara online, yang mungkin menarik perhatian dan “suka”, penting untuk mengingat hak privasi, martabat, dan perasaan anak-anak Anda. Dalam survei YMCA Tiongkok di Hong Kong, lebih dari 40 persen siswa yang disurvei merasa malu dengan postingan orang tua mereka, dan 72,2 persen dari mereka memilih untuk tidak membagikan konten seperti itu di platform media sosial.
(6) Temuan ini mencerminkan kekhawatiran saya mengenai risiko privasi terkait berbagi. Di era digital ini, orang tua harus memahami tantangan privasi yang dihadapi generasi muda dan berupaya menciptakan lingkungan digital yang aman dan tepercaya bagi mereka. Bagaimanapun juga, jejak digital sulit untuk dihapus sepenuhnya, dan kesejahteraan anak-anak kita harus selalu diutamakan.
(7) Tunjukkan rasa hormat terhadap hak-hak anak Anda dan carilah pandangan mereka sebelum memposting materi apa pun yang berkaitan dengan mereka. Melibatkan anak-anak dalam diskusi mengenai sharenting tidak hanya mendorong komunikasi orang tua-anak yang sehat tetapi juga dapat membantu anak-anak mengembangkan pemahaman tentang pentingnya menjaga data pribadi mereka di dunia digital.
(8) Kita hidup di era digital yang terus berkembang dimana platform berbagi yang baru dan mendalam terus bermunculan. Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk menavigasi lanskap digital yang kompleks ini dengan hati-hati di tengah meningkatnya fenomena berbagi.
Sumber: South China Morning Post, 25 Januari
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan sharenting berdasarkan pemahaman anda pada paragraf 1?
2. Survei yang disebutkan dalam paragraf 2 menunjukkan bahwa …
A. Adanya keterputusan antara pandangan orang tua dan anak mengenai sharenting.
B. Orang tua di Hong Kong prihatin dengan perasaan anak-anak mereka terhadap foto mereka yang dibagikan secara online.
C. sharenting bukanlah praktik yang lazim di Hong Kong.
D. tidak satu pun di atas
3. Temukan frasa di paragraf 3 yang merujuk pada “memasuki suatu titik dalam kehidupan seseorang ketika mereka secara hukum diakui sebagai orang dewasa”.
4. Pada paragraf 3, apa perkiraan dampak sharenting terhadap pencurian identitas?
5. Bagaimana foto dan video yang diposting online dapat dieksploitasi sesuai dengan paragraf 4?
6. Menurut paragraf 5, mayoritas responden…
A. bersimpati terhadap perilaku orang tuanya di media sosial.
B. merasa kebebasan berpendapat mereka tidak dipertimbangkan.
C. lebih memilih orang tua untuk tidak membagikan foto mereka secara online.
D. informasi tidak diberikan
7. Apa kekhawatiran utama yang diungkapkan dalam paragraf 6 mengenai sharenting?
8. Pendekatan apa yang penulis sarankan kepada orang tua mengenai sharenting menurut paragraf 7?
A. Bagikan konten sebanyak mungkin untuk mendorong komunikasi orang tua-anak yang sehat
B. Menerapkan pendekatan seimbang yang menghormati privasi anak-anak dan memungkinkan untuk berbagi
C. Carilah pendapat anak-anak setelah memposting materi yang berhubungan dengan mereka
D. Batasi kehadiran digital anak-anak mereka untuk melindungi privasi mereka.
9. Apa tujuan artikel ini?
Penting untuk melindungi generasi muda di era “berbagi” di media sosial. Foto: Shutterstock
Jawaban
1. Ini adalah praktik orang tua yang membagikan konten tentang anak-anak mereka secara online, seringkali di platform media sosial. (terima semua jawaban serupa)
2. A
3. menjadi dewasa
4. Sharenting dapat menyebabkan 7,4 juta kasus penipuan identitas di seluruh dunia setiap tahunnya pada tahun 2030.
5. Mereka bisa berakhir di situs yang membagikan konten pedofil atau pornografi.
6. C
7. risiko privasi yang terkait dengan berbagi, khususnya dalam konteks era digital terutama karena jejak digital sulit untuk dihapus sepenuhnya (terima semua jawaban serupa)
8. C
9. Hal ini untuk mendidik dan meningkatkan kesadaran di kalangan orang tua tentang kompleksitas dan potensi bahaya berbagi di era digital. (terima semua jawaban yang masuk akal)