Seekor ular boa konstriktor berwarna kuning dan coklat melingkari leher David Gomes seperti syal. Namun anak laki-laki penderita autisme Brasil berusia 15 tahun itu terpesona, bukan takut.
Baginya, ini adalah terapi.
“Namanya Gold. Dia kedinginan. Dia makan tikus,” kata Gomes kepada terapisnya, sambil dengan lembut memegang ular besar yang merayap di sekelilingnya.
Kata-kata itulah yang ingin didengar oleh terapisnya, Andrea Ribeiro.
Dia merawat penyandang disabilitas, autisme, atau kecemasan, menggunakan metode yang tidak biasa: terapi reptil.
Dia mengatakan reptil membantu pasien rileks dan meningkatkan komunikasi, keterampilan motorik, dan kemampuan lainnya.
Pusat perawatannya yang tidak biasa memiliki ruang terbuka tempat pasien bermain dengan ular, kadal, kura-kura, dan aligator kecil.