“Kami tidak ingin menjadi bagian dari rencana perang nuklir pihak lain,” kata Arthur Rorris, ketua Dewan Buruh Pantai Selatan, yang terdiri dari serikat pekerja yang mewakili 50.000 pekerja di wilayah tersebut.
Mereka khawatir pangkalan tersebut dapat menghambat sektor energi bersih yang masih baru dengan mengambil lahan yang langka dan menerapkan pembatasan keamanan, serta kehadiran permanen kapal perang AS.
Tiongkok, Rusia ‘mengungguli’ AS dalam inovasi militer: pejabat Australia
Tiongkok, Rusia ‘mengungguli’ AS dalam inovasi militer: pejabat Australia
Rorris mendesak pemerintah untuk membatalkan rencana pembangunan pangkalan tersebut ketika berbicara pada sebuah protes pada hari Senin di luar gedung parlemen, demonstrasi terbaru dalam serangkaian demonstrasi, beberapa di antaranya menarik sebanyak 5.000 pengunjuk rasa.
Mantan perdana menteri Paul Keating, seorang tokoh berpengaruh di Partai Buruh menyebut Aukus sebagai kesalahan kebijakan luar negeri terburuk sejak upaya gagal untuk memperkenalkan wajib militer selama perang dunia pertama.
Namun keputusan mengenai pangkalan tersebut tidak diperlukan segera, kata Pat Conroy, menteri industri pertahanan.
“Pangkalan di pantai timur adalah sesuatu yang akan diperlukan di masa depan,” katanya dalam sebuah wawancara.
Sampai saat itu, pemerintah fokus pada peningkatan satu-satunya pangkalan kapal selam Australia di pantai barat dan mempersiapkan galangan kapal untuk membangun armada Aukus, mulai awal tahun 2040-an, tambah Conroy.
Namun Partai Buruh sepertinya tidak akan menghidupkan kembali isu mendasar ini menjelang pemilu, karena khawatir hal tersebut dapat mengasingkan pemilih dan memicu tantangan pihak ketiga di daerah pemilihannya, kata pakar kebijakan publik Mark Kenny dari Australian National University.
“Seluruh wilayah bisa menjadi sangat bersemangat dengan isu ini, itulah sebabnya saya pikir kita tidak akan melihat banyak kemungkinan untuk mengambil keputusan dalam waktu dekat,” tambah Kenny.
Para pekerja di Port Kembla memiliki sejarah panjang aktivisme anti-perang, sejak Perang Dunia Kedua.
Pemerintah dapat menunda keputusan tersebut selama fasilitas akhir tetap berukuran kecil, sehingga dapat dibangun dengan cepat, kata Peter Dean dari Pusat Studi Amerika Serikat di Universitas Sydney, yang membantu menulis tinjauan strategi pertahanan pada bulan April lalu.
Port Kembla, yang dikelilingi oleh industri, dekat pusat penelitian nuklir dan dekat perairan dalam yang memberikan perlindungan bagi kapal selam, memiliki keunggulan dibandingkan kandidat lainnya, yaitu kota Brisbane dan Newcastle, tambahnya.
Australia mengecam penundaan Aukus yang ‘konyol’. Kini Inggris juga mengajukan pertanyaan
Australia mengecam penundaan Aukus yang ‘konyol’. Kini Inggris juga mengajukan pertanyaan
Namun penundaan dalam pembangunan pangkalan, yang bisa memakan waktu lebih dari 10 tahun, dapat memperburuk masalah perekrutan pada saat angkatan laut membutuhkan lebih banyak kapal selam untuk mengawaki armada Aukus yang lebih besar, kata Michael Shoebridge dari Strategic Analysis Australia.
Sebuah studi tahun 2011 yang dilakukan oleh departemen pertahanan menunjukkan 40 persen awak kapal selam pada saat itu menginginkan lokasi yang berbeda dan mendukung pantai timur untuk dijadikan pangkalan baru.
Pangkalan kapal selam utama Australia berjarak sekitar 2.100 mil laut dari Port Kembla, di sebuah pulau di lepas pantai Australia Barat.
“Port Kembla adalah basis yang logis, namun pemerintah berusaha untuk menunda keputusan tersebut,” tambah Shoebridge, yang juga mantan pejabat departemen pertahanan.
“Ini adalah keputusan politik dalam negeri yang cerdas, namun merupakan keputusan strategis yang bodoh.”